Rabu, 28 Maret 2012

Calon Paskibraka Indonesia Kuantan Singingi 2012

Calon Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi 2

Calon Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi 4 

Calon Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi 5

Calon Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi 6

Calon Paskibraka Indonesia Kabupaten Kuantan Singingi

Dok.Ronaldo Rozalino S.Sn

Calon Paskibraka Indonesia Kuantan Singingi 2012 dalam seleksi tingkat kabupaten Kuantan Singingi di Lapangan Limuno Kecamatan Kuantan Tengah

 

Admin

»»  READMORE...

Minggu, 25 Maret 2012

PD PPI Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa SMA/SMK/MAN Se Derajat

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa SMA/SMK/MAN Se Derajat

Untuk mempersiapkan Calon Paskibraka 2012. Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi mengadakan pelatihan Pasus atau PBB/peraturan baris berbaris perkecamatan. Sehingga siswa yang dilatih nanti mampu melaksanakan seleksi yang akan dilaksanakan nantinya.

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa 2

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa 3

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa 4

Pengurus Daerah Purna Paskibraka Kuantan Singingi 2012-2016 Adakan Pelatihan Untuk Siswa 5

Dok.Ronaldo Rozalino S.Sn

 

Admin

»»  READMORE...

Selasa, 13 Maret 2012

Lirik Mars Purna Paskibraka Indonesia

MARS PURNA PASKIBRAKA INDONESIA

Kami Purna Paskibraka Indonesia

di seluruh nusantara

kuat dan bulat tekatku

berbakti untuk negeriku

Walau tubuhku terluka

semangatku tetap membara

Walau rintangan 'kan menghadang

sampai hingga ajal menjelang


Reff:

Satukan langkah terus maju

dengan tak mengenal waktu

satukan nusa dan bangsa

menuju Indonesia Jaya

Jayalah tanah airku

Majulah negeriku

Makmurlah bangsaku

Untukmu Indonesiaku

»»  READMORE...

Anggota Paskibraka model ideal bagi pemuda

Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) bisa menjadi model ideal bagi pemuda dan diharapkan tidak hanya mampu menjalankan tugas dengan baik, tetapi juga harus mampu menjadi teladan. Tidak hanya berhasil saat 17 Agustus (upacara peringa-tahan Hari Kemerdekaan RI, Red), tetapi sepanjang hidupnya mampu menjadi teladan," kata Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Alifian Mallarangeng, saat acara penyambutan 66 pelajar dari 33 provinsi yang akan menjalani pelatihan Paskibraka tingkat nasional di Jakarta, Jumat (23/7) sore.
Menurut Menpora, anggota Paskibraka boleh dibilang sebagai model ideal pemuda, baik dari segi wawasan kebangsaan, karakter, dan kedisiplinan, maupun intelektualitas. "Mereka ini contoh orang-orang muda. Alumni Paskibraka selama ini jadi orang semua (sukses, red), di profesi masing-masing," katanya.
Sementara itu penanggung jawab pelatihan nasional Paskibraka, Erlangga Masdiana. " menambahkan, untuk membentuk anggota Paskibraka yang berkualitas, selain latihan baris berbaris, mereka juga diberi pembekalan tambahan, misalnya pelatihan kepemimpinan, diplomasi, resolusi konflik dan lain-lain.
Menurutnya, di lokasi pelatihan dan asrama Paskibraka di Cibubur, pihaknya menerapkan pendekatan "desa bahagia", di mana nanti dipilih di antara mereka untuk berperan sebagai lurah, sekretaris, dan perangkat desa lainnya sebagai salah satu bentuk terapan latihan kepemimpinan.
Untuk menambah wawasan, Kemenpora juga menjalin kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri membuat program "Duta Belia". "Mereka akan dikirim ke Malaysia dan Singapura pada 23-25 Agustus mendatang," kata Asisten Deputi Pendidikan dan Kepemimpinan Kepemudaan Kemenpora tersebut Mengingat tugas dan harapan yang dibebankan kepada anggota Paskibraka, kata Erlangga, maka seleksi calon dilakukan dengan ketat, meliputi antara prestasi akademik, kemampuan berbahasa Inggris. penguasaan seni dan budaya, dan kemampuan fisik, (har)
»»  READMORE...

Dari Seragam sampai Lambang

Pakaian Segaram Paskibraka

Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melahirkan nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Bukan itu saja, Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragamnya sendiri, sampai Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan. Sebelum tahun 1973, Paskibraka tidak mempunyai Lambang Anggota maupun Lambang Korps yang dapat dibanggakan. Berikut ini penjelasan tentang bentuk dan makna setiap atribut.


Lambang Anggota

Sejak semula saat dimulai membentuk pasukan percobaan penggerek Bendera Pusaka tahun 1967, pakaian seragam pasukan ini ditetapkan putih-putih, sedangkan warna merahnya hanya digunakan sebagai aksen berupa kacu penutup leher bagian depan seperti biasa digunakan prajurit ABRI/TNI kalau menggunakan seragam lapangan upacara. Warna putih dipilih sebagai makna kesucian dalam melaksanakan tugas pokok mengibarkan dan menurunkan Bendera Pusaka Merah Putih. Sebelum tahun 1981, model pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana, dan masih tampak penonjolan keremajaannya: Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke celana panjang putih dengan ikat pinggang juga berwarna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas. Tetapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam ABRI/TNI dari kelompok 45/pengawal, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.

Lambang Paskibraka

Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”. Namun, penggunaan “dua sejoli” lambang itu mendapat kritikan negatif dari sejumlah pihak yang “kurang” senang dengan keberhasilan dan popularitas pengibar bendera pusaka yang begitu cepat naik. "Bintang Polisi kok masih dipakai," kata satu pihak. "Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!" seru yang lain pula. Itulah yang kemudian mendorong Idik Sulaeman merancang Lambang Anggota Paskibraka yang baru dan dapat menggambarkan siapa sebenarnya para anggota Paskibraka itu. Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat. Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”. Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka. Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan. Sebelum tahun 1973, Lambang Korps Penggerek Bendera berupa lencana berbentuk perisai dari bahan logam kuningan dengan gambar sangat sederhana: di tengah bulatan terdapat bendera merah putih dan di luar lingkaran terpampang tulisan “PASUKANPENGEREK BENDERA PUSAKA”.

Lambang Kendit Kecakapan

Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai). Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi Bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1. Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2. Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagi pembangunan Indonesia.
3. Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
4. Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5. Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.


Tanda Pengukuhan

TANDA PENGUKUHAN
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis/Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya. Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya seharihari. Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar/pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.

Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 dm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm). Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm. Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
Sumber    : Bulletin Paskibraka 78, Edisi Agustus 2007
Penulis    : Syaiful Azram
»»  READMORE...

BENDERA DUPLIKAT ITU JUGA SUDAH JADI "PUSAKA"


Bendera Pusaka
Karena dikibarkan di tiang 17 Istana Merdeka setiap upacara 17 Agustus, bendera pusaka yang usianya sudah sangat tua mulai robek di keempat sudutnya. Pada bulan Agustus 1968, Husein Mutahar sudah diberitahu oleh Presiden Soeharto tentang rencana pembuatan duplikat bendera pusaka. Tapi ia mengusulkan agar penggantian dilakukan pada tahun berikutnya, 1969, karena bendera pusaka harus tetap dikibarkan saat Soeharto memulai jabatan Presiden RI.
Pada tahun 1969, pembuatan bendera duplikat disetujui. Dalam usulannya, Mutahar meminta agar duplikat bendera pusaka dibuat dengan tiga syarat, yakni: (1) bahannya dari benang sutera alam, (2) zat pewarna dan alat tenunnya asli Indonesia, dan (3) kain ditenun tanpa jahitan antara merah dan putihnya. Sayang, gagasan itu tidak semuanya terpenuhi karena keterbatasan yang ada. Pembuatan duplikat bendera pusaka itu memang terlaksana, dan dikerjakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung, dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Syarat yang ditentukan Mutahar tidak terlaksana karena bahan pewama asli Indonesia tidak memiliki warna merah standar bendera. Sementara penenunan dengan alat tenun asli bukan mesin akan memakan waktu terlalu lama, sedangkan bendera yang akan dibuat jumlahnya cukup banyak. Duplikat akhimya dibuat dengan bahan sutera, namun menggunakan bahan pewarna impor dan ditenun dengan mesin. Bendera duplikat itu kemudian dibagi-bagikan ke seluruh daerah tingkat I, tingkat II dan perwakilan Indonesia di luar negeri pada 5 Agustus 1969.

Namun, untuk pengibaran pada tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka, sebelumnya telah dibuat sebuah duplikat bendera pusaka lain dengan bahan yang tersedia, yakni dari kain bendera (wool) yang berwarna merah dan putih kekuningkuningan. Karena lebar kainnya hanya 50 cm, setiap bagian merah dan putih bendera itu terdiri dari masing-masing tiga potongan kain memanjang. Seluruh potongan itu disatukan dengan mesin jahit dan pada salah satu bagian pinggimya dipasangi sepotong tali tambat. Pemasangannya di tali tiang tidak satu persatu (seperti pada duplikat bendera pusaka hasil karya Balai Penelitian Tekstil), tapi cukup diikatkan pada kedua ujung tali tambatnya. Ketidaksamaan bentuk tali pengikat antara duplikat bendera pusaka di Istana Merdeka dengan duplikat bendera pusaka yang dibagikan ke daerah, seringkali menimbulkan masalah. Dalam pengibaran bendera pusaka di daerah, terjadi ketidakpraktisan saat mengikat tali tambat yang jumlahnya banyak. Hal itu sering membuat waktu yang dibutuhkan untuk mengikat menjadi sangat lama, belum lagi kemungkinan terjadi kesalahan sehingga bendera berbelit sewaktu dibentang sebelum dinaikkan.


Pada tahun 1984, setelah dikibarkan di Istana Merdeka setiap tanggal 17 Agustus selama 15 kali, bendera duplikat yang terbuat dari kain wool itu pun terlihat terlihat mulai renta. Mutahar yang menonton upacara pengibaran bendera oleh Paskibraka melalui pesawat televisi, tiba-tiba dikejutkan dengan celetukan ’cucunya’. ”Eyang, kok benderanya sudah tua, apa nggak robek kalau ditiup angin,” kata sang cucu. ”Masya Allah. Aku baru sadar kalau ternyata bendera duplikat itu usianya sudah 15 tahun. Maka, siang itu juga aku mengetik surat yang kutujukan pada Pak Harto. Isinya mengingatkan beliau bahwa bendera duplikat yang dikibarkan di Istana sudah harus ’pensiun’ dan apa mungkin bila dibuatkan duplikat yang baru,” papar Mutahar. Ternyata, Pak Harto membaca surat itu dan memenuhi permintaan Mutahar.
”Allah Maha Besar karena suratku diperhatikan oleh Pak Harto,” kenang Mutahar. Maka, pada tahun 1985 bendera duplikat kedua mulai dikibarkan, sementara bendera duplikat pertama yang terbuat dari kain wool kini disimpan dalam museum di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Bendera duplikat kedua untuk seterusnya menjadi bendera yang dikibarkan setiap 17 Agustus sampai saat ini. Mengingat usianya yang juga sudah ’renta’ yakni 22 tahun, ada baiknya Presiden RI kembali diingatkan untuk memeriksa apakah bendera duplikat kedua itu masih layak untuk dikibarkan. Bila tidak, sudah waktunya pula bendera itu diistirahatkan dan ditempatkan di museum mendampingi duplikat pertama. Sementara untuk pengibaran di Istana Merdeka, bisa dibuatkan duplikat yang baru dengan bahan yang lebih baik dan tahan lama.
 Sumber    : Bulletin Paskibraka 78, Edisi Juni 2007
»»  READMORE...

Filosofi Pisau Bermata Dua


Pisau bermata duaDalam Paskibraka pembinaan dan pelatihannya sering di istilahkan seperti pisau bermata dua. Filosofi pisau bermata dua sangat dalam maknanya, dan harus terus menerus dikembangkan karena merupakan suatu bentuk pembinaan untuk pengembangan diri anggota Paskibraka. Yang dimaksud pisau bermata dua adalah pisau yang tajam dikedua sisinya dan dapat dipergunakan dengan kualitas yang sama baik.
Tajamnya pisau disatu sisi adalah mempersiapkan Paskibraka untuk melaksanakan tugas pengibaran Bendera Pusaka dalam puncak HUT Proklamasi Kemerderkaan Republik Indonesia, tetapi sisi tajam lainnya adalah pembentukan karakter (Character Building) bagi anggota Paskibraka.
Pembinaan Paskibraka hal yang paling utama adalah pembentukan karakter yang berjiwa merah putih, kenapa pembinaan karakter lebih diutamakan karena hal ini sesuai dengan syair lagu Indonesia Raya yaitu : "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya". Dari urutan syair tersebut sangat jelas bahwa pembentukan karakter harus didahulukan, bukan pembentukan badan/phisik. Kalimat Bangunlah Jiwanya adalah pembangunan jiwa/karakter Paskibraka yaitu berjiwa merah putih, siap mengabdi dan berbakti bagi negara Indonesia. Bangunlah badannya adalah pengembangan diri secara personal setiap anggota Paskibraka dan tahap awal jangka pendeknya adalah bertugas sebagai Pengibar Duplikat Bendera Pusaka.

Team WorkDari pengertian tersebut maka dalam pembinaan dan pelatihan paskibraka harus selalu diarahkan untuk membentuk karakter. Saat latihan lapangan maka para pelatih dan pembina harus benar-benar memahami metode latihan yang diberikan, sehingga tujuan pembinaan karakter berjalan secara pararel dengan latihan baris berbaris dan tata upacara. Oleh sebab itu segala bentuk latihan yang tidak selaras harus dikaji ulang dan disinkronkan dengan program yang benar. Pelatihan Paskibraka yang diterapan salah didaerah-daerah dengan bumbu kekerasan yang lebih mengedepankan metode hukuman phisik seperti push up, squat jam, dan kekerasan lainnya, sudah saatnya dihapuskan. Apabila ada purna paskibarka yang masih melatih dengan metode kekerasan tersebut, maka layak dipertanyakan dan diragukan kualitas karakternya sebagai seorang purna Paskibraka. Latihan dengan bumbu kekerasan ini tidak sesuai dengan tujuan mulia pembinaan paskibraka yaitu membentuk karakter yang berjiwa merah putih. Kekerasan phisik hanya akan menimbulkan sakit hati dan dendam yang tidak berkesudahan dan tidak akan memberikan hasil yang baik.

Latihan Paskibraka memerlukan suatu sikap yang tegas. Ketegasan adalah sangat berbeda dengan kekerasan, karena dalam melatih seorang pelatih harus tegas dan tidak pilih kasih dalam memberikan pelatihan sesuai aturan yang berlaku, karena dengan ketegasan akan terbentuk suatu sikap disiplin pribadi dari setiap anak didik. Pelatih harus tegas untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah sesuai aturan yang berlaku tetapi bukan aturan yang sesuai dengan pribadi pelatih melainkan peraturan yang baku. Dengan disiplin maka akan memudahkan dalam memberikan materi-materi lainnya, karena dalam sikap disiplin tersebut terkandung suatu sikap menghargai dan menghormati dari hati sanubari setiap anggota paskibraka. Disiplin waktu adalah suatu sikap untuk menghargai waktu dan orang lain yang harus ditemui. Sikap disiplin diri yang akan membawa kebaikan dan sikap profesional didalam berkarya dimasyarakat.

KekompakanDengan pembentukan karakter yang baik diharapkan akan muncul generasi muda yang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi serta siap untuk memberikan dharma baktinya kepada ibu pertiwi. Sebagai calon-calon pemimpin di masa yang akan datang, maka anggota paskibraka harus mau untuk terus mengembangkan diri sehingga benar-benar memahami filosofi jiwa merah putih yang telah ditanamkan sejak menjadi anggota paskibraka. Dari anggota Paskibraka diharapkan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang berkarater, baik dari segi intelektual, integritas dan budi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma masyarakat yang berlaku.

Budiharjo Winarno – Pakibraka 78
»»  READMORE...

Dua Carik Kain Bendera Pusaka

TAK banyak cerita yang selama ini terungkap tentang bendera pusaka. Sebagian besar orang hanya tahu kalau bendera berukuran 2x3 meter itu dijahit dengan tangan oleh Ibu Fatmawati. Bendera itulah yang dikibarkanpada tanggal 17 Agustus 1945, sesaat setalah Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan oleh Soekarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Berikut ini, adalah sebuah cerita lain tentang bendera pusaka, yang rasanya tidak banyak diketahui orang. Cerita ini dicuplik dari tulisan seorang saksi hidup yang secara tak sengaja terlibat langsung dalam persiapan pembuatan bendera pusaka, yakni Chaerul Basri. TAHUN 1944, setahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan oleh Dwi-Tunggal Soekarno–Hatta, Jepang telahmenjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Itu berarti, bendera Merah Putih sudah boleh dikibarkan dan lagu Indonesia Raya boleh dikumandangkan di seluruh Nusantara. Tentu saja, orang-orang yang berperan besar dalam persiapan kemerdekaan memerlukan bendera itu, tak terkecuali Ibu Fatmawati, istri Soekarno yang kelak menjadi Sang Proklamator. Bendera itu dipersiapkannya untuk dikibarkan di depan kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Tak dapat dibayangkan, pada saat sebagian rakyat Indonesia ada yang tak punya pakaian dan menggunakan karung, Ibu Fatmawati memerlukan kain berwarna merah dan putih untuk membuat sebuah bendera. Tidak mudah untuk mendapatkan kain, apalagi barang-barang eks impor semuanya masih berada di tangan Jepang. Kalaupun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan cara diam-diam dan berbisik-bisik. Untuk itulah, Ibu Fatmawati kemudian memanggil seorang pemuda bernama Chaerul Basri. Sang pemuda dimintanya untuk menemui seorang pembesar Jepang bernama Shimizu yang dipastikan dapat membantu mencarikan kain merah-putih itu. Shimizu —yang masih hidup di Jepang dalam usia 92 tahun pada 2004— adalah orang yang ditunjuk pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan Jepang- Indonesia pada tahun 1943. Kedudukan/jabatan resminya saat itu adalah pimpinan barisan propaganda Jepang yaitu Gerakan Tiga A. Shimizu yang politikus, tidak seperti orang Jepang lainnya yang selalu bertindak kasar atas dasar hubungan kekuasaan. Shimizu rajin mendengarkan unek-unek, pikiran dan pendirian pihak Indonesia. Karena itu, ia lebih dianggap "teman" oleh dan mudah diterima di berbagai kalangan, apalagi dengan kemampuan bahasa Indonesianya yang lumayan, meski masih terpatah-patah. Memang benar, Shimizu dapat membantu Chaerul. Kain merah dan putih yang dibutuhkan Ibu Fatmawati kemudian didapatkan melalui pertolongan seorang pembesar Jepang lainnya yang mengepalai gudang di bilangan Pintu Air, di depan eks bioskop Capitol. Shimizu meminta pada Chaerul agar kain itu diberikan kepada Ibu Fatmawati. Kain itulah yang kemudian dijahit dengan tangan menjadi sebuah bendera berukuran 2x3 meter oleh Ibu Fatmawati.
Cerita itu terasa amat sepele pada waktu itu, dan tak pernah diingat-ingat oleh Chaerul maupun Shimizu. Itu berlangsung sampai tahun 1977, ketika Shimizu berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Soeharto, Malam harinya, Shimizu mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Indonesia yang pernah dikenalnya di zaman Jepang. Pada malam itulah, Ibu Fatmawati menjelaskan kepada Shimizu bahwa bendera Merah Putih yang dikibarkanpertama kali di Pegangsaan Timur 56 dan pada hari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 —yang sekarang dikenal dengan Bendera Pusaka— kainnya berasal dari Shimizu. Kenyataan ini begitu membanggakan buat Chaerul, maupun Shimizu, yang tak menyangka bila apa yang mereka lakukan begitu besar artinya untuk bangsa Indonesia sampai saat ini. Chaerul Basri, sang pemuda, adalah putra asal Bukittinggi yang waktu itu telah tamat AMS di Jakarta. Kebetulan, ia adalah teman karib dari Abdullah Hasan (keponakan Husni Thamrin) dan begitu tertarik dengan gerakan kebangsaan, Indonesia Merdeka. Jadi, Chaerul dan Shimizu sendiri sudah saling kenal. Suatu hari, Chaerul pernah dipanggil Shimizu yang sedang mencarikan sebuah rumah untuk "orang besar" (yang tak lain adalah Soekarno). Chaerul yang tahu betul seluk beluk daerah Menteng, lalu menawarkan sebuah gedung di Jalan Pegangsaan Timur 56. Gedung itulah yang akhirnya menjadi tempat dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Setelah berhasil mendapatkan rumah buat Bung Karno, hubungan Chaerul dengan Bung Karno dan Ibu Fatmawati menjadi semakin dekat. Chaerul kenal dengan Ibu Fatmawati pertama kali di atas feri yang membawanya dari Tanjung Karang menuju Merak. Perkenalan itu atas jasa sahabatnya, Semaun Bakri, yang ditugaskan Bung Karno untuk menjemput Ibu Fatmawati ke Tanjung Karang. Waktu itu, Ibu Fatmawati belum memakai nama Fatmawati. Semaun berbisik pada Chaerul bahwa Fatmawati akan mendampingi Bung Karno di Jakarta setelah berpisah dengan Ibu Inggit. Fatmawati masih berkerudung dan memakai pakaian ala Sumatera. Chaerul tercatat pernah menjalani kehidupan militer dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal (Purn). Selain itu, ia pernah menjabat Sekjen Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi (Depnakertranskop) tahun 1966 - 1979 dan kini sebagai Ketua Bidang Sosial Budaya dan Kesejahteraan di Markas Besar Legiun Veteran RI. " syaiful azram – Bulletin Paskibraka ’78 edisi April 2007
Last Updated ( Saturday, 07 February 2009 14:00 )
 

»»  READMORE...

Derap langkah Purna Paskibraka

Derap langkah dan gegap gempita aktivitas Paskibraka seantero negeri dalam mempersiapkan dan melaksanakan Pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Acara Peringatan Detik-detik Prokalamsi Kemerdekaan RI gaungnya mulai meredup. Tugas sudah selesai dilaksanakan, dan adik-adik dengan bangga telah ikut mendarma baktikan dirinya untuk melaksanakan tugas tersebut.

Di dalam sambutan saat pengukuhan Paskibraka 2009 di Istana Negara, Presiden SBY mengingatkan bahwa para remaja itu terpilih untuk melaksanakan tugas bersejarah dan penuh tantangan pada 17 Agustus 2009. Artinya mulai kini mereka memasuki lembar baru dalam kehidupan masing-masing. "Saya harap agar laksanakan tugas itu dengan baik. Ke depan dengan lembar baru ini kalian benar-benar mengukir kehidupan yang baru sebagai pribadi yang unggul pada cabang profesi apa pun," ujar SBY.
Presiden telah mengingatkan kita semua terutama adik-adik paskibraka yang baru saja selesai melaksanakan tugas, bahwa dalam jangka pendek tugas telah berakhir tetapi lembar kehidupan baru dimasa depan sudah menanti dan diharapkan purna paskibraka sebagai pribadi yang unggul dapat dan harus berprestasi lebih baik lagi dibidang yang lain.

Tugas tahap pertama selesai dan mereka saat ini menjadi purna paskibraka, dan akan bergabung dengan PPI sebagai wadah purna paskibraka di setiap daerah. Tugas jangka panjang di-estafetkan kepada pengurus ppi maupun purna yang lain agar dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada adik-adiknya sehingga dapat berprestasi dibidang lain.

Tetapi sebagai pribadi yang unggul, sebaiknya tidak hanya menggantungkan kepada ppi untuk mengembangkan dirinya dimasa depan. Sebagai pribadi harus mau dan terus mengembangkan dirinya agar tumbuh dan mekar dengan baik. Apa yang didapat di pelatihan paskibraka jika baik dapat lebih dikembangkan, jika hanya kekerasan dan contoh tidak baik seperti minum dari satu sedotan, senioritas yang berlebihan, arogansi pelatih, hukuman dengan kekerasan dan lain-lainnya sebaiknya jangan ditiru. Jika dalam pengembangan dirinya yang berkaitan dengan paskibraka mengalami kesulitan cobalah untuk bertanya kepada kakak-kakak lainnya yang mungkin akan mampu menjelaskan lebih rinci dan benar aturan-aturan yang harus diikuti dan dijalankan. PPI sebagai organisasi sudah seharusnya juga terus mengembangkan dirinya agar mampu memberikan dorongan sehingga anggotanya kualitasnya menjadi lebih baik lagi. Jika ppi dapat berperan maka organisasi benar-benar akan dirasakan manfaatnya oleh anggotanya dimana mereka bernaung.  Jika ada PPI yang masih dikuasai oleh oknum untuk kepentingan dirinya sendiri, tentu akan sangat merugikan bagi purna secara keseluruhan. Apabila pengurus ppi juga mengalami kesulitan sebaiknya tidak malu untuk bertanya kepada anggota didaerahnya atau didaerah lain atau kakak-kakak lainnya yang mungkin berada diluar struktur organisasi tetapi memahami tentang konsep pengembangan diri maupun organisasi. Ajaklah mereka sharing dan berbagi pengalaman agar ppi nantinya benar-benar bermanfaat dan mempunyai peran nyata dimasyarakat. Jangan seperti sekarang ini hanya terdengar gaungnya dibulan Agustus saja.

Sebenarnya dalan jangka pendek tidak banyak ukuran yang diinginkan oleh masyarakat terhadap purna paskibraka. Di masyarakat dan lingkungannya, baik dirumah maupun disekolah, kebanggaan sebagai anggota Paskibraka mulai akan mendapat sorotan. Inilah saat mereka dinilai oleh masyarakat dalam 2 katagori :
  1. Pantaskah mereka menjadi anggota paskibraka dan menyandang predikat Purna Paskibraka
  2. Berhasilkah pembinaan Paskibraka yang telah diberikan oleh  PPI atau  militer atau lainnya

Jika terjadi perubahan positip dalam pribadi mereka setelah menjadi paskibraka maka kemungkinan mereka memang pantas menyandang predikat purna paskibraka. Seperti yang dikatakan oleh Presiden SBY mau dan mampukah para purna paskibraka “mengukir kehidupan yang baru sebagai pribadi yang unggul pada cabang profesi apa pun” Positip dalam arti sebagai siswa mereka tidak tertinggal dalam belajar dan nilainya tetap diatas rata-rata, memberikan imbas kedisiplinan di sekolah, semakin santun dan makin mengedepankan etika, mau terlibat dan aktif dalam kegiatan PPI.  Hasil positip ini bisa merupakan pengembangan karakter secara pribadi dari purna paskibraka itu sendiri atau kemungkinan merupakan andil dari hasil pembinaan yang berjalan sistematis sehingga menghasilkan output yang baik.

Jika hasilnya negatip, yaitu prestasi di sekolah melorot drastis, menjadi arogan, menerapkan kekerasan dalam mengajarkan disiplin disekolah, bertindak ugal-ugalan dan semau gue, melatih baris tidak sesuai aturan yang baku dari militer tetapi dari versi apa yang didapat di pelatihan paskibraka atau versi lain, tidak menggunakan etika dalam bersosialisasi, menerapkan senioritas yang berlebihan dalam semua kegiatan agar dipandang mampu padahal nggak mampu, nggak mau aktif dan malas-malasan dikegiatan ppi dan hadir hanya untuk nampang disaat kegiatan seleksi atau 17an tahun berikutnya, mengajarkan dengan ngawur tentang metode tarikan bendera sesuai versinya sendiri, tidak paham tentang tata krama terhadap bendera, dan lain-lainnya.

Jika hasil penilaian yang didapat negatip maka yang paling bertangung jawab adalah para pelatih dan Pembina entah dari purna maupun militer dan lain-lainnya. Berarti pembinaan yang telah mereka berikan tidak mampu diterima dengan baik oleh paskibraka atau memang para pelatih dan Pembina dalam memberikan materi ngawur dan sembarangan.

Seorang yang telah menjadi Paskibraka akan selalu menggendong julukan purna paskibraka apapun hasilnya, akibatnya jika negatip maka seluruh purna akan terkena imbas dampak negatipnya, jika positip maka masyarakat akan berkomentar : pantes dia mampu wong mantan paskibraka, khan mereka orang pilihan.

Untuk menggambarkan positipnya seorang paskibraka, maka prestasi yang sudah melekat pada dirinya  mau tak mau harus menjaga nama baik paskibraka dan menggendongnya terus menerus seperti lagu Mbah Surip :

Tak gendong kemana-mana, Tak gendong nama paskibraka
Paskibraka  mantep donk, Daripada kamu tidak berprestasi
Mendingan aku jadi Paskibraka to
Gagah to, mantep to, Ayo….   Mana Prestasimu, Tunjukkan tau
Tak gendong nama paskibraka, Tak gendong merah putihnya
Where are you going ? Ok I'm walking
Where are you going ? Ok my darling
MANTEP TO, ha ha ha ha

Tetapi jika hasilnya negatip, maka cukup menyanyi plesetan  lagu Kuburan sambil bercanda
Lupa, lupa lupa lupa, lupa jadi paskibraka
Lupa, lupa lupa lupa, lupa ajaran baiknya

Ingat, ingat ingat ingat, cuma ingat push up nya
Ingat, aku ingat ingat, cuma ingat dendamnya

Ayo kita sikat saja adik kita, biar tahu rasa
Ayo kita nggak usah pakai aturan, pakai saja aturan kita sendiri saja

Lupa, lupa lupa lupa, lupa merah putihnya
Lupa, lupa lupa lupa, lupa makna didalamnya

Ingat, ingat ingat ingat, cuma ingat push up nya
Ingat, aku ingat ingat, cuma ingat dendamnya

Wah kalau hasilnya negatip, percuma pernah menjadi anggota paskibraka, hilang sudah calon batu intan yang akan berkilau karena jatuh dan terpendam dikuburan. Kalau ada yang masih keras kepala dan tetap bersikap seperti bukan seorang yang pernah mengenyam pendidikan Paskibraka mending menemani mbah surip di kuburan saja.

Tetapi saya yakin tidak semua purna paskibraka menginginkan batu intan-batu intan itu terpendam dan hilang tidak berkilau bagi bangsa ini. Marilah kita bersama-sama bergandeng tangan terus membantu menggosoknya agar berkilau dan menjadi batu intan bangsa. Daripada semakin kusam marilah kita dorong adik-adik kita agar dapat  menggendong nama paskibraka dengan baik, iya to mantep to, enak to, dan tersenyum serta tertawa bersama dengan bahagia ha ha ha ha ha……………….

Adik-adik janganlah takut dalam melangkah, langkahkan kakimu sesuai koridor yang ada. Jika masih ada yang belum jelas jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kepada seluruh kakak-kakaknya dimanapun berada, agar pengetahuanmu semakin komplit sehingga dapat berprestasi dibidang yang lain. Kaki sudah berderap melangkah dalam irama langkah tegap, janganlah mundur lagi atau hilang derapnya. Teruskan ayunan langkahmu menuju Indonesia baru, karena engkaulah calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan.

Jika adik-adik masih ragu, nyanyikanlah lagu Slank : Jangan Takut
Reff
Jangan takut keluarlah, Hadapi dunia dengan menari
Jangan takut ayo keluar, Hadapi dunia dengan menari

Berhayalah seluas biru langit, Berpikirlah sedalam biru laut
Horizontal sama rata sama rasa

Reff
Melihatlah seterang sinar sunset, Menataplah sebinar cahaya sunrise
Terang benderang 2x

Selamat berkarya bagi bangsa ini wahai para purna paskibraka.

[sumber artikel : Mas Bhe - Paskibraka 78]
»»  READMORE...

Kriteria Anggota Paskibraka

Kriteria Anggota Paskibraka PDF Print E-mail


Pada puncak peringatan hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus akan selalu dilaksanakan suatu upacara yang megah di setiap tingkat, wilayah, kotamadia/kabupaten, propinsi maupun nasional.
Rangkaian upacara selain pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah Pengibaran Bendera Merah Putih. Pada saat itulah anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) melaksanakan tugas mengibarkan Bendera Merah Putih. Anggota Paskibraka adalah generasi muda Indonesia yang yang terpilih dari ribuan siswa sekolah melalui seleksi yang berjenjang.
Mereka adalah adalah siswa-siswa pilihan yang mempunyai kelebihan dan prestasi yang dapat dibanggakan dan diharapkan akan menjadi penerus para pejuang untuk menjadi pemimpin Indonesia yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi, selalu menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.


Kriteria Umum Calon Anggota Paskibraka

Pendidikan  
  1. Pelajar atau Siswa Sekolah setingkat SLTA atau Sederajat.
  2. Berusia antara 15 – 17 tahun.
  3. Cerdas dan Mempunyai Prestasi Akademis/Sekolah yang baik
Akhlak dan Moral yang baik 
  1. Mentaati kewajiban agama yang dianutnya.
  2. Memahami norma-norma etika yang berlaku dalam masyarakat
  3. Berbudi pekerti luhur serta mempunyai tingkah laku yang baik.
  4. Memahami, mempunyai dan melaksanakan etika, sopan santun pergaulan yang baik.
Berkepribadian
  1. Mudah dan Pandai Bergaul
  2. Bersahaja, Sopan dan Disiplin
  3. Mandiri
  4. Sigap, Tangkas dan Lincah
Kesehatan
  1. Sehat Jasmani dan Rohani.
  2. Tegap, tidak cacat badan dan tidak berkaca mata.
  3. Tinggi dan berat badan proporsional, minimal Putra : 170 cm dan Putri : 165 cm
  4. Berpenampilan segar, bersih dan menarik
Ketrampilan
  1. Menguasai peraturan dan perlakuan tentang Bendera Kebangsaan dan dapat melaksanakan tugas pengibaran dengan baik.
  2. Mempunyai pengetahuan umum secara daerah, nasional maupun internasional dengan sangat baik.
  3. Menguasai/terampil melakukan budaya/kesenian daerahnya.



Tahap Penseleksian


Seleksi tingkat sekolah
  1. Peserta dipilih dan diseleksi oleh pihak sekolah/Guru yang ditunjuk untuk kemudian diajukan untuk mengikuti seleksi di tingkat kecamatan.
  2. Peserta tidak mutlak berasal dari Ekstrakurikuler Paskibra di sekolah

Seleksi tingkat kecamatan

Peserta dari perwakilan sekolah akan diseleksi di tingkat Kecamatan di tingkat Kotamadya/kabupaten

Seleksi tingkat Kotamadya/Kabupaten
  1. Peserta dari perwakilan kecamatan akan diseleksi di tingkat Kotamadya/ Kabupaten
  2. Materi : baris berbaris, tata upacara bendera, kesegaran jasmani/olah raga, test tertulis, wawancara, kesenian dan lain sebagainya.
  3. Test tertulis dan wawancara meliputi bidang : pengetahuan umum, pengetahuan daerah, nasional dan internasional, kepemudaan, nasionalisme dan sejarah perjuangan bangsa.
Note : Dari seleksi ini telah terpilih berhak mengikuti seleksi di tingkat prpvinsi. Bagi yang tidak lolos maka akan diseleksi lagi untuk terpilih sebagai anggota Paskibraka tingkat kotamadya/kabupaten.

Seleksi tingkat propinsi  
  1. Peserta tingkat propinsi adalah peserta yang lulus seleksi di tingkat Kotamadya /Kabupaten di masing-masing propinsi.
  2. Materi seleksi sama dengan di tingkat Kotamadya/Kabupaten.

    Note : Dari seleksi tingkat propinsi yang terpilih, sepasang utusan (satu orang putra dan satu orang putri) dipilih menjadi anggota Paskibraka di tingkat nasional. Bagi yang tidak terpilih akan bertugas sebagai anggota Paskibraka ditingkat propinsi.
Anggota Paskibraka Nasional
  1. Anggota Paskibraka tingkat nasional adalah sepasang utusan tiap propinsi yang akan mengikuti pemusatan latihan selama satu bulan di Jakarta.
  2. Mereka akan bertugas pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta.
  3. Dalam pemusatan latihan di asrama maka akan dilakukan seleksi untuk pembagian kelompok yaitu kelompok 17 (tujuh belas) dan 8 (delapan) dan tugas di masing-masing kelompok.
----
Sumber :
Bulletin Paskibraka '78
PGTS PPI JP 2012 
»»  READMORE...

Purna Paskibraka Indonesia Kuantan Singingi

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) adalah pasukan yang mempunyai tugas utama mengibarkan duplikat bendera pusaka pada upacara peringatan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia baik di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Anggota Paskibraka adalah putra dan putri pilihan yang berasal dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat yang dipilih melalui tahap seleksi yang diawali dari tingkat Kabupaten/kota, tingkat Provinsi sampai tingkat nasional.


Kami berharap dengan hadirnya website ini dapat menambah pengetahuan dan mempererat silaturahmi sesama anggota Paskibraka Kuantan Singingi maupun dengan rekan-rekan dari Wilayah / Daerah lain yang tentunya cukup banyak dan tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami menerima saran, kritik, maupun koreksi dari artikel-artikel yang kami sajikan. Semoga artikel-artikel itu dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita tentang dunia Paskibraka dan sekitarnya.

Selamat berkunjung,
SALAM PASKIBRAKA !!!

»»  READMORE...

Sejarah Purna Paskibraka Indonesia

PURNA PASKIBRAKA INDONESIA
Dari Dulu Hingga Kini

Logo Purna Paskibraka IndonesiaCikal bakal berdirinya organisasi alumni Paskibraka sebenarnya dimulai secara nyata di Yogyakarta. Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna) Paskibraka tingkat Nasional yang ada di Yogya, berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni, lalu mereka menyampaikan keinginan itu kepada para pembina di Jakarta. Para pembina lalu menawarkan sebuah nama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKA yang berarti ikatan persahabatan para alumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itu kemudian digodok lagi dan akhirnya disepakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA (PEP) Yogyakarta, yang artinya wadah berhimpun dan pengabdian para alumni Paskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkan pada 28 Oktober 1976. Seiring dengan itu, para alumni Paskibraka di Jakarta kemudian meneruskan gagasan pendirian organisasi REKA PURNA PASKIBRAKA (RPP). Sementara di Bandung, berdiri pula EKA PURNA PASKIBRAKA (EPP). Namun, dalam perkembangannya, ketiga organisasi itu belum pernah melakukan koordinasi secara langsung untuk membentuk semacam forum komunikasi di tingkat pusat. Sementara itu, di daerah lain belum ada keinginan untuk membentuk organisasi, karena jumlah alumninya masih sedikit — berbeda dengan Jakarta, Bandung dan Yogya yang menjadi kota tujuan para alumni Paskibraka untuk melanjutkan sekolah. Sampai awal 80-an, alumni Paskibraka di daerah lain hanya dibina melalui Bidang Binmud Kanwil Depdikbud. Mereka selalu dipanggil sebagai perangkat dalam pelaksanaan berbagai upacara dan kegiatan. Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembinaan generasi muda, karena dianggap potensial sesuai predikatnya.

Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendayagunakan potensi alumni berbagai program yang telah dilaksanakan, termasuk program pertukaran pemuda Indonesia dengan luar negeri (saat itu baru CWY atau Indonesia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pemuda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberi nama PURNA CARAKA MUDA INDONESIA (PCMI). Maka, selain di Jakarta, Bandung dan Yogya, seluruh Purna Paskibraka di daerah lainnya digabungkan dalam PCMI. Hal itu berlangsung sampai tahun 1985, ketika Direktorat PGM ”menyadari” bahwa penggabungan Purna Paskibraka dengan alumni pertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Karena itu, sebagai hasil dari Lokakarya Pembinaan Purna Program Binmud di Cisarua, Bogor —yang dihadiri oleh para Kabid Binmud seluruh Indonesia serta para alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda— dikeluarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/ E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memisahkan para alumni dalam dua organisasi, masing-masing PCMI untuk alumni pertukaran pemuda dan PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka. Dengan alasan untuk menjaga agar keputusan itu tidak ”mencederai hati” para Purna Paskibraka yang telah lebih dulu mendirikan PEP, RPP dan EPP, maka ditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasi binaan Depdikbud yang bersifat regionalprovinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap provinsi namun tidak mempunyai Pengurus di tingkat pusat. Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit, bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah organisasi bernama sama dan ada di tiap provinsi tapi tidak mempunyai forum komunikasi dan koordinasi di tingkat pusat. Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiran organisasi kepemudaan ”tunggal” asuhan pemerintah yang melihat PPI adalah sebuah ancaman. Namun, dengan kegigihan para Purna Paskibraka yang ada di Jakarta, akhirnya kebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahun harus menunggu dan bekerja keras untuk dapat menghadirkan Pengurus PPI daerah dalam sebuah Musyawarah Nasional (Munas). Tanggal 21 Desember 1989, melalui Munas I di Cipayung, Bogor, terbentuklah secara resmi PPI Pusat, lengkap dengan perangkat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
 
Sumber    : Bulletin Paskibraka 78, Edisi Oktober 2007
Penulis    : PP ‘78
»»  READMORE...

Purna Paskibraka Kuantan Singingi (PPI Kuantan Singingi)

Selamat Datang di Blog Purna Kabupaten Kuantan Singingi
»»  READMORE...